Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2011

10 Kerusakan Dalam Perayaan Tahun Baru

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah, Rabb yang memberikan hidayah demi hidayah. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga akhir zaman. Manusia di berbagai negeri sangat antusias menyambut perhelatan yang hanya setahun sekali ini. Hingga walaupun sampai lembur pun, mereka dengan rela dan sabar menunggu pergantian tahun. Namun bagaimanakah pandangan Islam -agama yang hanif- mengenai perayaan tersebut? Apakah mengikuti dan merayakannya diperbolehkan? Semoga artikel yang singkat ini bisa menjawabnya. Sejarah Tahun Baru Masehi Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan aga

Menjalankan Amanat Dakwah

Manusia di muka bumi ini mempunyai misi yang jelas dan pasti. Misi yang merupakan tujuan asasi di mana ia diciptakan di atasnya. Ada tiga misi yang bersifat given (‘atha’ rabbani) yang diemban manusia; yaitu misi utama untuk beribadah (Adz-Dzariyat: 56), misi fungsional sebagai khalifah (Al-Baqarah: 30) dan misi operasional untuk memakmurkan bumi (Hud: 61). Namun keberlangsungan dan kelestarian misi ini secara benar apabila manusia mau mendengar dan mentaati risalah yang di bawa para Rasul. Hanya saja tidak semua manusia mengikuti dan menerima seruan mereka, bahkan sebagian besar dari manusia ini mendustakan dan mengingkari risalah Ilahiyah yang dibawanya. Allah berfirman; “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah

Perbedaan Kita Dengan Mereka

Sikap orang Yahudi dan Nasrani berbeda. Sekalipun di antara mereka terhadap kaum Muslimin memiliki kesepakatan. Orang Yahudi melakukan peperangan dengan kata-kata dan perang pisik, yang dilandasi oleh kebencian dan kedengkian serta dusta, yang tidak akan pernah berhenti. Sepanjang kehidupan ini. Sedangkan orang Nasrani mendukungnya dan mengikuti jejak orang Yahudi, yang menghalangi-halangi manusia beriman kepada agama Allah Rabbul Alamin, al-haq (Islam). Orang Yahudi dan Nasrani satu dengan lainnya, saling tolong-menolong dan melindungi di antara mereka. Ketika Abu Bakar memasuki Baitul Maqdis (al-Aqsha), ia menjumpai sekelompok orang Yahudi sedang berkumpul dengan seorang pendeta mereka yang bernama Fanhas. Abu Bakar berkata: "Celakalah engkau. Hai Fanhas! Bertaqwalah kepada Allah dan masuklah dalam agama Islam. Wallahi. Engkau benar-benar telah mengetahui bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Ia datang kepada kaum dengan membawa kebenaran dari sisi-Nya yang tertulis d

AMAL ISLAMI BUKANLAH AKTIVITAS SESAAT

Amal islami bukanlah aktivitas yang cukup dikerjakan di saat Anda memiliki waktu luang dan bisa Anda tinggalkan saat sibuk. Tidak! Amal islami terlalu agung dan mulia jika mesti diperlakukan begitu. Perkara intima` kepada dien ini tentu saja jauh lebih serius daripada yang seperti itu. Islam tidak seperti klub ilmiyah, klub olahraga, atau kepanduan yang cukup dikerjakan saat masih menjadi pelajar/ mahasiswa, lalu bisa ditinggalkan saat telah lulus. Atau cukup dikerjakan saat masih bujang dan boleh ditinggalkan setelah menikah. Atau Anda curahkan waktu sebelum Anda mendapat pekerjaan dan setelah mendapatkannya, atau Anda membuka klinik, apotek, biro konsultasi, atau Anda disibukkan dengan pelajaran-pelajaran khusus, maka Anda boleh meninggalkannya atau meremehkannya. Sekali-kali tidak! Amal islami bukanlah seperti itu. Perkara amal islami dan intima ` kepadanya sama dengan perkara ‘ubudiyah kepada Allah yang sebenarnya. Oleh karena itu, semestinya seorang musli

Istriku, Rumahku

Pernahkah kita melihat, seorang suami yang begitu gamang hatinya dalam melihat hidup, karena tidak jelas arah tujuan dia melangkah?. Pernahkah kita menjumpai seorang suami yang begitu linglung menatap masa depannya, karena merasa tiada teman baginya untuk bisa sekedar memberinya saran?. Pernahkah kita melihat seorang suami yang tidak tenang menjalani hari- harinya walaupun dia telah memiliki segala yang diimpikannya? Maka lihatlah keadaan rumahnya. Rumah tempat dia melepas penat dan tempat kembali sebagai akhir dari hari- harinya. Mungkin dia tidak nyaman dengan rumahnya, atau barangkali dia tidak merasa ada tempat kembali dari lusuh jiwanya. Sungguh, bagaimanapun para suami di luar seharian, yang diinginkan adalah kembali pada rumahnya sendiri. Senyaman apapun para suami bergaul dengan banyak orang, bahkan mungkin saudara dan kerabatnya sendiri, maka hati mereka tetap mengharapkan kenyamanan yang lebih, di rumah mereka sendiri. Maka benarlah jika m

Surat "Kekasih"

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta .(124) Berkatalah ia, “Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? ”(125) Allah berfirman, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan. ” (126) Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhan-nya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal .(127) Q. S. Thaha: 124-127 Saudaraku.. Renungkan surat dari Sang Kekasih kali ini. Tidakkah Dia sudah mengatakan hal yang sedemikian jelasnya sebagai peringatan bagi kita? Bagi yang berpaling, maka sungguh kehidupan di dunia yang sekejapan mata ini akan dipersulit-Nya. Toh, Dia yang membuat dunia dan seisinya, Dia yang menundu

Napak Tilas Gerakan Dakwah Pertama

Tidak bisa dipungkiri bahwa kelahiran berbagai Gerakan Dakwah di berbagai penjuru Dunia Islam pada pertengahan abad 14 Hijriyah atau awal abad 20 Masehi, telah berhasil membangunkan kembali kesadaran sebagian besar umat Islam terhadap Islam sehingga melahirkan apa yang disebut dengan Shohwah Islamiyah yang lazim disebut Barat dengan “Islamic Revivalism”. Kendati Shohwah Islamiyah mendapat tantangan dan hambatan yang sangat dahsyat khususnya dari para penguasa negeri Islam sendiri dan juga dari negara-negara Barat penjajah, dan bahakan sampai hari ini masih saja dilancarkan berbagai skenario dan stigma seperti “Terorisme “, khususnya oleh Amerika dan sekutunya, Alhamdulillah, roda Shohwah Islamiyah tetap bergerak dan berputar tanpa terhenti sedikitpun. Tingkat laju perputarannya berbeda-beda dari satu negeri Islam ke negri Islam yang lain. Ada yang sudah sampai ke pucuk pemerintahan formal seperti di Turki, Palestina dan Sudan. Kendati demian, belum sampai ke tit