Langsung ke konten utama

Politik Manis Muka

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)...”(Q.S. Al-An'am [6]: 112)
Melalui ayat ini, Allah mengingatkan kepada orang beriman tentang sifat dan sikap dasar dari orang-orang yang memusuhi dan ingin meng hancurkan Islam. Allah menyebutkan bahwa sifat dan sikap dasar mereka adalah yang satu dengan lain bahu-mem bahu dan menyampaikan ucapan yang indah untuk menipu.Sebagai contoh bisa kita lihat kisah Utbah bin Rabi'ah ra, seorang diplomat ulung yang dimiliki orang - orang kafir Quraisy, ketika datang me- nemui Rasulullah saw. Kedatangan nya pasti membawa misi yang tidak baik. Tapi karena dia seorang diplomat, maka dia bungkus niat jahat itu dengan kemasan yang indah. Dia berkata, "Muhammad, demi kesatuan dan persatuan, demi keutuhan persaudaraan kita, aku membawa usul solusi," ungkapnya.
Kemudian dia melanjutkan ucapannya, "Tahun pertama, kami dan kamu menyembah Tuhan kami, tahun kedua, kami dan kamu menyembah Tuhan kamu, tahun ketiga kita adakan evaluasi, jika yang lebih mem berikan ketenangan itu adalah Tuhan kami, kamu harus ikut agama kami, tapi jika yang lebih memberikan ketenangan adalah menyembah Tuhan kamu, kami siap untuk ikut agama kamu". Usulan yang sangat menarik dan masuk akal untuk diterima. Akan tetapi, pada kondisi itu, Allah menurunkan surat Al-Kafirun.
{jcomments on}
Katakanlah:"Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi pe nyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Surat Al-Kafirun ini turun paling tidak dengan dua misi.

Pertama, Allah ingin memberi tahukan bahwa musuh-musuh Islam akan selalu datang dengan membawa politik manis muka, menunjukkan sikap baik, sikap peduli, sikap seperti toleran, tapi di balik itu semua, dia ingin menjebak kita agar kita mau ber geser dari shiratal mustaqiem (jalan yang lurus).
Sebagai contoh, suatu kali  Rasulullah saw thawaf, sampai di Hajar Aswad lalu mengusap Hajar Aswad, beberapa tokoh musyrik Quraisy melihat apa yang dilakukan Nabi, mereka kemudian berlari  mendekat ke pada Rasulullah dan berkata, "Muhammad tadi kami melihat engkau mengusap Hajar Aswad. Jawab Rasulullah : "Ya". Kalau begitu kami meminta engkau mengusap  berhala yang ada di samping Hajar Aswad. Kami tidak meminta engkau untuk menyembah berhala itu, kami juga tidak meminta engkau untuk menjadikan berhala itu sebagai Tuhan. Kami hanya meminta engkau mengusap berhala itu sebagaimana engkau mengusap Hajar Aswad yang keduanya sama-sama batu."
Rasulullah saw terdiam sejenak, tapi tidak lama kemudian, turun firman Allah Ta'alaa, yang tercantum dalam surat Al-Isra' ayat 73-74, "Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu mem buat yang lain secara bohong terhadap kami, dan kalau sudah begitu tentulah mereka me ngambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka”.
Ayat ini menggambarkan kepada kita betapa politik manis muka yang ditampilkan orang-orang Kafir begitu luar biasa, sampai-sampai Allah menegas kan, jika tidak karena Allah menguatkan hati Rasulullah, niscaya Rasulullah akan bergeser sedikit mengikuti per mintaan mereka. Bahkan lebih jauh Allah mengingatkan, bahwa jika kita mau bergeser sedikit saja mengikuti keinginan orang-orang Kafir, niscaya Allah akan mendatangkan adzab sebagai mana firman-Nya:
"Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kamu." (Q.S. Al-Isra' [17] : 75)
Dalam beberapa ayat yang disebutkan di atas, Allah meng ingatkan agar kita senantiasa waspada dan tidak terbuai dengan politik manis muka dari musuh-musuh Islam. Allah juga mengingatkan, bahwa jika kita bergeser dari ajaran Islam, walau pun satu inci saja, maka kita  akan mendapat adzab di dunia maupun adzab di akhirat, dan tidak ada seorangpun yang dapat menolong kita dari adzab.

Kedua, dalam surat Al-Kafirun, Allah mengajarkan kepada kita tentang konsep toleransi dan kerukunan dengan orang yang berbeda agama dengan kita. Sejak awal Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menghargai agama lain, hidup berdampingan dalam meyakini dan mengamalkan ajaran agamanya masing-masing. Orang Islam bebas untuk meyakini Allah sebagai Tuhan nya, dan beribadah sesuai dengan aturan yang telah di ajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitupun dengan orang yang bukan Islam, mereka diberi kebebasan untuk me yakini Tuhannya dan beribadah sesuai dengan ajaran yang telah di ajarkan oleh Tuhan merka.

Jika sikap ini dilaksanakan oleh masing-masing pemeluk agama dengan penuh tanggung jawab, maka kita akan mampu menghindari konflik antar pe-meluk agama yang berbeda-beda ini. Kerukunan dan keber samaan akan muncul dengan sendirinya.Konflik antar umat ber agama itu sering muncul, ber awal dari adanya kewajiban berda'wah bagi setiap agama. Sungguhpun demikian, jika kegiatan da'wah itu lebih di fokuskan kepada penguatan keyakinan internal tiap agama, da'wahpun tidak akan menjadi sumber konflik. Tapi ketika da'wah itu diarahkan kepada orang yang sudah beragama, maka konflik pasti tidak akan bisa dihindari. Karena sudah bisa dipastikan, ketika satu agama dituntut untuk menyebar kan agamanya kepada siapa pun, maka agama lain juga akan dituntut oleh ajaran agamanya untuk membela dan mem bentengi umat dari serangan agama lain itu. Inilah yang biasa  menjadi sumber konflik dalam kehidupan kita.

Indonesia sebagai negara yang dihuni masyarakat multi agama, wajib hukumnya untuk membuat aturan yang berkait dengan pengaturan da'wah, tujuannya agar tidak terjadi penodaan agama. Kemudian semua agama wajib pula untuk mentaati peraturan - peraturan yang sudah dibuat oleh peme-rintah itu.Sayangnya, pemerintah sudah membuat aturan-aturan itu dengan baik, tapi masih ada pemeluk agama tertentu yang tidak mau mentaati aturan-aturan itu. Akibatnya, konflik antar umat beragama masih sering terjadi. Dan tragisnya, ketika terjadi yang menjadi ukuran benar dan salah bukan peraturan dan perundang - undangan yang ada, tapi benar dan salah itu sering ditentukan oleh kemampuan media dalam menggiring dan membentuk opini masyarakat.

Melihat kenyataan yang ada ini, maka ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh umat Islam agar tidak terlena meng hadapi politik manis muka dari berbagai kelompok yang ingin menggoyahkan keimanan kita.
Pertama, umat Islam harus mampu menanamkan keikhlasan yang pada akhirnya dapat melahirkan sikap istiqomah.
Kedua, umat Islam diharapkan mampu memahami dan meng amalkan Syari'ah Islamiyah sebagaimana Rasululah saw dan para Sahabat memahami dan mengamalkannya, sehingga mampu mewujudkan Islam yang rahmatan lil a'lamin.

Ketiga, umat Islam harus memiliki semangat yang tinggi untuk menda'wahkan Islam, sebagaimana Rasulullah saw dan para Sahabat berda’wah, sehingga umat merasa terbimbing dan terarahkan melalui da'wah nya. Keempat, umat harus memiliki semangat tinggi untuk membela Islam, sehingga upaya dan usaha dari orang yang ingin merusak dan menghancurkan Islam, dari sisi manapun, bisa ditangkal dengan baik.
 
KH. Syuhada Bahri
Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadis-Hadis Shahih Seputar Haji Dan Umrah

بسم الله الرحمن الرحيم HADITS-HADITS SHAHIH SEPUTAR HAJJI MABRUR & ‘UMRAH 1.        SEGERA HAJJI BILA ADA KEMAMPUAN عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَرَادَ الْحَجَّ فَلْيَتَعَجَّلْ Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang hendak berhajji, maka hendaknya ia bersegera." HR Abu Dawud 1472, shahih.                 Ibnu Majah menambahkan: فَإِنَّهُ قَدْ يَمْرَضُ الْمَرِيضُ وَتَضِلُّ الضَّالَّةُ وَتَعْرِضُ الْحَاجَةُ “Karena mungkin akan terserang penyakit, tersesat atau terku ng kung / terkurung kebutuhan." HR Ibnu Majah 2874, shahih.                 Riwayat Ahmad dengan redaksi lain yaitu: تَعَجَّلُوا إِلَى الْحَجِّ يَعْنِي الْفَرِيضَةَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَا يَدْرِي مَا يَعْرِضُ لَهُ "Segeralah kalian melaksanakan hajji yakni kewajiban hajji, karena salah seorang dari kalian tidak mengetahui apa yang akan terjadi

Akal Dalam Pandangan Islam

Di antara makhluk Allah lainnya, manusia merupakan makhluk yang paling istimewa. Kelebihan manusia terletak pada akalnya. Dengan akal, manusia menjadi makhluk yang brilian, mampu mengungguli hewan, tumbuhan dan benda-benda lainnya. Namun demikian, akal terkadang membawa bencana bagi manusia akibat tidak digunakan pada tempatnya. Akal yang keluar dari tugasnya laksana kereta yang keluar dari rel, menjerumuskan manusia ke jurang kesengsaraan. Tulisan ini akan mengungkap secara singkat rel akal tersebut. SEKILAS TENTANG AKAL Secara bahasa : Kata akal berasal dari bahasa arab ‘aqala-ya’qilu-aqlun yang bermakna menahan atau mencegah (al man’u). Dikatakan ‘aqala dawaun bathnahu maknanya obat menahan (mengobati) perutnya. Selanjutnya kata aqal dipakai untuk beberapa arti lain, seperti batu (al hajaru), melarang (an nahyu), diyat (denda) karenaseorang pembunuhaa enggiing unta ke rumah kel

Langkah Mudah Para Salaf Mentadaburi Alquran

Para salaf sangat memperhatikan Al-quran. Dimulai dari masa sahabat ketika mereka bersama nabi hingga berakhirnya sebaik-baik kurun. Salah satu perhatian mereka yaitu dengan mentadaburinya serta menghayati makna kandungan ayat. Sehingga ada diantara mereka menghayati dan mentadaburi satu surat membutuhkan waktu yang sangat panjang. Tidak ukup hanya sekilas dan sepintas bacaan  saja, bahkan sebagian mereka menghabiskan waktu hingga 12 tahun. Demikian dalamnya tadabbur mereka terhadap ayat-ayat Al-quran hingga menimbulkan  kesan  yang sangat dalam  dihati. Ketika membaa ayat Al-quran dan melewati ayat-ayat yang menggambarkan keindahan mereka gembira, mengharap untuk bias meraihnya. Sebaliknya jika melewati ayat-ayat yang meneritakan kesediahan, azab dan siksa, mereka bersedih menangis karena takut kepada Allah  akan azab itu. Allah menggambarkan para sahabat dalam sebuah ayat: وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَىٰ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَر