Langsung ke konten utama

TATA CARA MENGKAFANI MAYIT

LANGKAH PERTAMA


Ukuran Kain Kafan
1.Ukurlah lebar tubuh jenazah.
  • Jika lebar tubuhnya 30 cm maka lebar kain kafan yang di sediakan adalah 90 cm.
  • Jika lebar tubuhnya 40 cm maka lebar kain kafan yang di sediakan adalah 120 cm.
  • Jika lebar tubuhnya 50 cm maka lebar kain kafan yang di sediakan adalah 150 cm.
  • Jika lebar tubuhnya 60 cm maka lebar kain kafan yang di sediakan adalah 180 cm.

2.Ukurlah tinggi tubuh jenazah.
  • Jika tinggi tubuhnya 180 cm maka panjang kain kafannya 60 cm menjadi 240 cm.
  • Jika tinggi tubuhnya 150 cm maka panjang kain kafannya ditambahkan 50 cm menjadi 200 cm.
  • Jika tinggi tubuhnya 120 cm maka panjang kain kafannya ditambahkan 40 cm menjadi 160 cm.
  • Jika tinggi tubuhnya 90 cm maka panjang kain kafannya di tambahkan 30 cm menjadi 120 cm.


Tambahan panjang kain kafan tersebut di maksudkan agar mudah mengikat bagian atas kepalanya dan  bagian bawah kakinya.


LANGKAH KE DUA

Tata Cara Mengkafaninya.
1.Cara mengkafani jenazah laki-laki.
Jenazah laki-laki dibalut dengan tiga lapis kain kafan, berdasarkan hadits A'isyah, bahwa ia berkata :
كفن رسول الله بثلاث أثواب سحولية بيضاء من قطن ليس فيها قميص ولا عمامة و أدرج فيها إدرجا                                                    
"Rasulullah dikafani dengan tiga helai kain sahuliyah yang putih bersih dari kapas, tanpa ada baju dan serban padanya, beliau dibalut dengan ketiga helai kain tersebut".

a.Cara mempersiapkan tali pengikat kain kafan :
Panjang tali pengikat di sesuaikan dengan lebar tubuh si mayyit, misalnya: 
Jika lebar tubuh si mayyit 60 cm dan tingginya 180 cm (berdasarkan ukuran yang telah di sebutkan di depan, maka lebar kain kafannya adalah 180 cm), maka panjang tali pengikat adalah 180 cm.
Di persiapkan sebanyak tujuh ulas tali pengikat (jumlah tali pengikat tersebut di usahakan ganjil seperti tujuh atau lima, sesuai kebutuhan), kemudian di pintal dengan baik dan diletakkan dengan jarak sama rata di atas usungan jenazah.

b.Cara mempersiapkan kain kafan :
  • Persiapkan tiga helai kain kafan yang berukuran lebar 180 cm dan panjang 180 cm di tambah 60 cm = 240 cm (untuk mayyit yang ukuran tubuhnya : lebar 60 cm dan tinggi 180 cm, dan untuk ukuran tubuh yang lebih kecil atau lebih besar dari itu di sesuaikan dengan ukuran yang telah di cantumkan sebelumnya).
  • Kemudian ketiga helai kain kafan tersebut di letakkan sama rata di atas tali pengikat yang sudah terlebih dahulu di letakkan di atas usungan jenazah, dengan menyisakan lebih panjang di bagian kepala.


c.Cara mempersiapkan kain penutup aurat si mayyit :
  • Sediakan kain dengan panjang 100 cm dan lebar 25 cm (untuk mayyit yang berukuran tubuh : lebar 60 cm dan tinggi 180 cm, untuk yang lain di sesuaikan dengan ukuran tubuh si mayyit), potonglah dari atas dan dari bawah (sehingga bentuknya seperti popok bayi).
  • Kemudian letakkanlah di atas ke tiga helai kain kafan tepat di bawah tempat duduk si mayyit. Letakkan juga potongan kapas di atasnya
  • Lalu bubuhilah wewangian dan kapur barus di atas kain penutup aurat dan kain kafan yang langsung melekat pada tubuh si mayyit.


d.Cara memakaikan kain penutup auratnya.
  • Pindahkan jenazah ke atas kain kafan yang telah di sediakan bersama dengan handuk penutup auratnya.
  • Kemudian bubuhi tubuh si mayyit dengan wewangian atau sejenisnya. Bubuhilah dengan wewangian tersebut anggota–anggota sujud yaitu kening, hidung, telapak tangan, lutut dan jari-jari kakinya, sebagai penghormatan atas sujudnya kepada Allah. 
  • Selanjutnya sediakanlah beberapa potong kapas yang telah di bubuhi wewangian dan letakkan pada lipatan-lipatan tubuh, seperti ketiak dan lainnya.
  • Setelah itu letakkanlah kedua tangannya sejajar dengan ke dua sisi tubuhnya, lalu ikatlah kain penutup auratnya seperti mengikat popok bayi di mulai dari sebelah kanan lalu sebelah kiri. Ikatlah dengan baik agar dapat mencegah kemungkinan keluarnya kotoran dari perut si mayyit yang dapat mengotori kain kafannya, sehingga kebersihan kain kafan dapat di jaga sampai pada saat penguburan


e.Cara membalut kain kafan jenazah.
  • Balutlah tubuh si mayyit dengan tiga helai kain kafan tersebut.
  • Mulailah dengan melipat lembaran pertama kain kafan sebelah kanan, balutlah dari kepala sampai kakinya secara merata.
  • Kemudian lipatlah lembaran pertama kain kafan sebelah kiri, balutlah dari kepala sampai kakinya secara merata sambil menarik handuk penutup aurat.
  • Demikianlah lakukan dengan lembaran kain kafan yang dua dan ke tiga.


f.Cara mengikat tali-tali pengikat.
  • Mulailah dengan mengikat tali bagian atas kepala si mayyit, dan sisa kain kafan  bagian atas yang lebih itu di lipat kewajahnya lalu di ikat dengan sisa tali itu sendiri.
  • Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki si mayyit, dan sisa kain kafan bagian bawah yang lebih itu dilipat ke kakinya lalu di ikat dengan sisa tali itu sendiri.
  • Setelah itu ikatlah kelima tali yang lainnya dengan jarak yang sama rata. Perlu di perhatikan, mengikat tali tersebut jangan terlalu kencang dan di usahakan ikatannya terletak di sisi sebelah kiri si mayyit, agar mudah di buka ketika jenazah di baringkan ke sisi sebelah kanan di dalam kubur.


2.Cara Mengkafani Jenazah Wanita.
Jenazah wanita di balut dengan lima helai kain kafan. Terdiri atas dua helai kain, sebuah baju kurung dan selembar sarung beserta kerudungnya. Jika ukuran lebar tubuhnya 50 cm dan tingginya 150 cm maka lebar kain kafannya 150 cm dan panjangnya 150 cm di tambah 50 cm = 200 cm . Adapun panjang tali pengikatnya adalah 150 cm, di sediakan sebanyak tujuh ulas tali (jumlah tali pengikat tersebut di usahakan ganjil seperti tujuh atau lima, sesuai kebutuhan), kemudian dipintal dengan baik dan diletakkan dengan jarak sama rata di atas usungan jenazah. Kemudian kedua helai kain kafan tersebut di letakkan sama rata di atas tali pengikat tadi, dengan menyisakan lebih panjang di bagian kepala (seperti tata cara mempersiapkan hal tersebut pada jenazah laki-laki).

a.cara mempersiapkan baju kurungnya
  • Ukurlah mulai dari pundak sampai ke betisnya, lalu ukuran tersebut di kalikan dua, kemudian persiapkanlah kain baju kurungnya sesuai dengan ukuran tersebut.
  • Lalu buatlah potongan kerah tepat di tengah-tengah kain itu agar baju kurung tersebut mudah di masukkan melalui kepalanya.
  • Setelah di lipat dua, biarkanlah lembaran bawah baju kurung itu terbentang, dan lipatlah terlebih dahulu lembaran atasnya (sebelum di kenakan kepada si mayyit, dan letakkan baju kurung ini di atas kedua helai kain kafannya).
  • lebar baju kurung tersebut  90 cm.


b.cara mempersiapkan kain sarung
Ukuran kain sarung jenazah adalah : lebar 90 cm dan panjangnya 150 cm (90 cm x 150 cm). Kemudian kain sarung tersebut di bentangkan di atas bagian bawah baju kurungnya.

c.cara mempersiapkan kerudung
Ukuran kerudungnya adalah  90 cm x 90 cm . Kemudian kerudung tersebut di bentangkan di atas bagian atas baju kurung.  

d.cara mempersiapkan kain penutup aurat
  • Sediakan kain dengan panjang  90 cm dan lebar 25 cm.
  • potonglah dari atas dan dari bawah  (sehingga bentuknya seperti popok bayi).
  • Kemudian letakkanlah di atas kain sarungnya tepat di bawah tempat duduk si mayyit. Letakkan juga potongan kapas di atasnya.
  • Lalu bubuhilah wewangian dan kapur barus di atas kain penutup aurat dan kain sarung serta baju kurungnya.


Perlu diketahui bahwa ukuran lebar baju kurung, kain sarung serta kerudung jenazah wanita adalah  90 cm. 

e.cara memakaikan kain penutup aurat, baju kurung, kain sarung dan kerudung
  • Pindahkan jenazah ke atas kain kafan yang telah di sediakan berikut handuk penutup aurat, lalu ikatlah kain penutup aurat itu seperti mengikat popok bayi di mulai dari sebelah kanan lalu sebelah kiri. Ikatlah dengan baik agar dapat mencegah kemungkinan keluarnya kotoran dari perut si mayyit yang dapat mengotori kain kafan.
  • Setelah itu balutlah jenazah dengan kain sarung, mulailah dengan melipat sisi sebelah kanan, kemudian sebelah kiri sambil menarik handuk penutup aurat.
  • Selanjutnya kenakanlah baju kurungnya, mulailah dengan memasukkan kepalanya melalui potongan kerah yang telah di buat tadi, lalu lembaran bagian atas baju kurung yang terlipat tadi di bentangkan sehingga menutupi tubuh si mayyit, kemudian lipatlah sisi kanan dan kiri baju kurung tadi di bawah sisi tubuhnya. 
  • Setelah itu, kenakanlah kerudungnya sehingga menutupi kepala, rambut dan sebagian wajah.


f.cara melipat kain kafan
  • Balutlah tubuh si mayyit dengan kedua helai kain kafan tersebut.
  • Mulailah dengan melipat lembaran pertama kain kafan sebelah kanan, balutlah dari kepala sampai kakinya secara merata.
  • Kemudian lipatlah lembaran pertama kain kafan sebelah kiri, balutlah dari kepala sampai kakinya secara merata.
  • Demikianlah lakukan dengan lembaran kain kafan yang ke dua.


g.cara mengikat tali-tali perngikat 
  • Mulailah dengan mengikat tali bagian atas kepala si mayyit, dan sisa kain kafan bagian atas yang lebih itu di lipat ke wajahnya lalu di ikat dengan sisa tali itu sendiri.
  • Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki si mayyit, dan sisa kain kafan bagian bawah yang lebih itu dilipat ke kakinya lalu di ikat dengan sisa tali itu sendiri.
  • Setelah itu ikatlah kelima tali yang lainnya dengan jarak yang sama rata. Perlu diperhatikan, mengikat tali tersebut jangan terlalu kencang dan di usahakan ikatannya terletak di sebelah kiri tubuh si mayyit, agar mudah di buka ketika jenazah di baringkan ke sisi sebelah kanan di dalam kubur.



Catatan :
  • cara mengkafani anak laki-laki yang berusia di bawah tujuh tahun adalah membalutnya dengan sepotong baju yang dapat menutup seluruh tubuhnya atau membalutnya dengan tiga helai kain.
  • Cara mengkafani anak perempuan yang berusia di bawah tujuh tahun adalah membalutnya dengan sepotong baju kurung dan dua helai kain.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadis-Hadis Shahih Seputar Haji Dan Umrah

بسم الله الرحمن الرحيم HADITS-HADITS SHAHIH SEPUTAR HAJJI MABRUR & ‘UMRAH 1.        SEGERA HAJJI BILA ADA KEMAMPUAN عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَرَادَ الْحَجَّ فَلْيَتَعَجَّلْ Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang hendak berhajji, maka hendaknya ia bersegera." HR Abu Dawud 1472, shahih.                 Ibnu Majah menambahkan: فَإِنَّهُ قَدْ يَمْرَضُ الْمَرِيضُ وَتَضِلُّ الضَّالَّةُ وَتَعْرِضُ الْحَاجَةُ “Karena mungkin akan terserang penyakit, tersesat atau terku ng kung / terkurung kebutuhan." HR Ibnu Majah 2874, shahih.                 Riwayat Ahmad dengan redaksi lain yaitu: تَعَجَّلُوا إِلَى الْحَجِّ يَعْنِي الْفَرِيضَةَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَا يَدْرِي مَا يَعْرِضُ لَهُ "Segeralah kalian melaksanakan hajji yakni kewajiban hajji, karena salah seorang dari kalian tidak mengetahui apa yang akan terjadi

Akal Dalam Pandangan Islam

Di antara makhluk Allah lainnya, manusia merupakan makhluk yang paling istimewa. Kelebihan manusia terletak pada akalnya. Dengan akal, manusia menjadi makhluk yang brilian, mampu mengungguli hewan, tumbuhan dan benda-benda lainnya. Namun demikian, akal terkadang membawa bencana bagi manusia akibat tidak digunakan pada tempatnya. Akal yang keluar dari tugasnya laksana kereta yang keluar dari rel, menjerumuskan manusia ke jurang kesengsaraan. Tulisan ini akan mengungkap secara singkat rel akal tersebut. SEKILAS TENTANG AKAL Secara bahasa : Kata akal berasal dari bahasa arab ‘aqala-ya’qilu-aqlun yang bermakna menahan atau mencegah (al man’u). Dikatakan ‘aqala dawaun bathnahu maknanya obat menahan (mengobati) perutnya. Selanjutnya kata aqal dipakai untuk beberapa arti lain, seperti batu (al hajaru), melarang (an nahyu), diyat (denda) karenaseorang pembunuhaa enggiing unta ke rumah kel

Langkah Mudah Para Salaf Mentadaburi Alquran

Para salaf sangat memperhatikan Al-quran. Dimulai dari masa sahabat ketika mereka bersama nabi hingga berakhirnya sebaik-baik kurun. Salah satu perhatian mereka yaitu dengan mentadaburinya serta menghayati makna kandungan ayat. Sehingga ada diantara mereka menghayati dan mentadaburi satu surat membutuhkan waktu yang sangat panjang. Tidak ukup hanya sekilas dan sepintas bacaan  saja, bahkan sebagian mereka menghabiskan waktu hingga 12 tahun. Demikian dalamnya tadabbur mereka terhadap ayat-ayat Al-quran hingga menimbulkan  kesan  yang sangat dalam  dihati. Ketika membaa ayat Al-quran dan melewati ayat-ayat yang menggambarkan keindahan mereka gembira, mengharap untuk bias meraihnya. Sebaliknya jika melewati ayat-ayat yang meneritakan kesediahan, azab dan siksa, mereka bersedih menangis karena takut kepada Allah  akan azab itu. Allah menggambarkan para sahabat dalam sebuah ayat: وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَىٰ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَر