Jika kita menelaah sejarah panjang umat Islam, akan kita dapatkan
begitu banyak pahlawan-pahlawan Islam. Mereka adalah tokoh-tokoh Islam
yang layak dijadikan teladan karena keimanan dan pembelaannya terhadap
agama Allah. Salah satu diantara sekian banyak pahlawan Islam itu
terdapat nama Sa'ad bin Abi Waqqash, salah seorang sahabat Rasulullah
yang dijamin masuk surga dan bergelar pahlawan Islam. Ia digelari
pahlawan Islam karena peristiwa-peristiwa besar yang dilaluinya,
lembaran jihad dan kisah kepahlawanan yang di ukirnya serta ketegaran
yang dimilikinya.{jcomments on}
Kepahlawanan Sa'ad sudah nampak sejak pertama kali masuk Islam. Ibunya me nentang keras keislamannya hingga melakukan mogok makan, mogok minum dan mogok bicara sampai pingsan. Namun itu tidak menggentarkan keimanannya, bahan ia berkata kepada ibunya, "Wahai ibu, Demi Allah seandai nyapun engkau memiliki seratus nyawa, dan keluar satu demi satu, aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku ini. Kalau ibu mau makanlah, atau kalau tidak maka janganlah makan." Setelah menyaksikan keteguhan anaknya dalam memeluk agama barunya itu sang ibu kemudian kembali makan, minum dan berbicara seperti sedia kala.
Kepahlawanan Sa'ad juga terlihat dari kedudukannya sebagai orang pertama yang menumpahkan darah di jalan Allah. Peristiwanya terjadi di masa-masa awal Islam. Saat itu orang-orang musyrik Makkah mengejek Islam dan kaum muslimin, maka Sa'ad me ngambil tulang rusuk unta dan memukul salah seorang dari mereka hingga berdarah.
Sa'ad juga dikenal sebagai orang pertama yang memanah di jalan Allah. Pada tahun pertama hijrah, Rasulullah mengutus sepasukan kaum muslimin di bawah pimpinan Ubaidah bin Al-Harits berjumlah enam puluh orang, Sa'ad termasuk di dalamnya. Misi mereka adalah mengamati serombongan kafilah Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan. Namun per tempuran tak terelakkan karena kafilah Quraisy itu menyerang pasukan kaum muslimin, dan Sa'ad menyambut serangan itu dengan panahnya, "Aku adalah orang Arab pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah," ujarnya dengan bangga.
Kepahlawanan Sa'ad yang paling nyata tentulah karena keberanian dan pengorbananya di setiap peperangan yang diikutinya. Dalam perang Badar Sa'ad memilih berjalan kaki baik ketika berangkat dari Madinah menuju Badar maupun sebalik nya. Pilihan Sa'ad ini dikarena kan saat itu kaum muslimin hanya memilik sedikit tunggangan. Padahal jarak Madinah dan Badar adalah 150 kilometer.
Pada perang Uhud, ketika pasukan kaum muslimin lari kocar-kacir, Sa'ad tetap menjaga Rasulullah dengan beberapa orang sahabat lainnya. Ia terus melepaskan anak panahnya membunuh pasukan kafir Quraisy. Setiap kali melepaskan anak panahnya Sa'ad ber do'a:"Ya Allah inilah panah-Mu, maka lesatkanlah kepada musuhmu", mendengar do'a Sa'ad itu Rasulullah r mem berinya semangat: "Ya Alah kabulkanlah untuk Sa'ad, Ya Allah tepatkanlah bidikannya, Panahlah, hai Sa'ad! Panah lah! Ayah dan ibuku men jadi tebusanmu". Sa'ad sangat bangga dengan ucapan Rasulullah ini.
Pada pertempuran ini Ummu Aiman ikut serta untuk memberi minum kepada pasukan yang terluka. Tiba-tiba seorang kafir melemparnya dengan anak panah, hingga dia pun terjatuh dan auratnya terbuka, orang kafir itu pun tertawa. Melihat itu, Rasulullah segera mengambil anak panah dan menyerahkannya kepada Sa'ad, lalu beliau bersabda, "Wahai Sa'ad, lemparkanlah anak panah ini, Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu."
Sa'ad pun melepaskan anak panah dan tepat mengenai leher orang kafir itu, hingga ia pun tewas seketika. Melihat itu, Rasulullah r tertawa, lalu bersabda, "Sa'ad telah me lakukan pembalasan untuk Ummu Aiman, semoga Allah mengabulkan doanya." Sejak saat itu yang menjadi senjata Sa'ad dalam setiap peperangan nya adalah "anak panah yang diberkahi" dan "doa yang dikabulkan."
Puncak kepahlawanan Sa'ad terlihat nyata pada perang Qadisiyah, dimana ia menjadi komandan perangnya dan memimpin pasukan sebanyak tiga puluh tiga ribu orang. Pada peperangan di zaman Khalifah Umar Bin Khattab itu kaum muslimin menghadapi pasukan Parsi dibawah pimpinan Rustum dengan jumlah pasukan se banyak seratus dua puluh ribu orang.
Sebelum peperangan ter jadi Rustum mengajak Sa'ad untuk berunding, maka Sa'ad mengutus beberapa orang sahabatnya untuk berunding. Namun karena keangkuhan Rustum perundingan itu tidak menghasilkan apa-apa.
Salah seorang delegasi kaum Muslimin kemudian berkata, "Sesungguhnya Allah telah memilih kami untuk mem-bebaskan hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dari pemujaan berhala kepada pengabdian terhadap Allah Ta'alaa, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dan dari ke dhaliman pihak penguasa kepada keadilan Islam. Maka siapa yang bersedia menerima itu dari kami, kami terima pula kesediaannya dan kami biarkan mereka. Tetapi siapa yang memerangi kami, kami perangi pula mereka hingga kami mencapai apa yang telah dijanjikan Allah". "Apa yang telah dijanjikan Allah itu?" tanya Rustum. "Surga bagi kami yang mati syahid, dan kemenangan bagi yang masih hidup," jawab utusan tersebut. Mendengar jawaban itu Rustum malah memutuskan mengangkat senjata untuk berperang dengan pasukan kaum muslimin.
Ketika pertempuran akan berlangsung, Sa'ad terkena penyakit Irqun Nasa, semacam penyakit rematik dan benjolan serta bisul di sekujur tubuh. Namun penyakit itu tidak menyurutkan langkahnya, ia tetap memimpin pasukan dari atas tempat tidur sambil berbaring karena rasa sakit yang luar biasa. Ia mengobar- kan semangat pasukannya dengan khutbah-khutbahnya yang penuh semangat. Salah satu khutbahnya adalah:
"Sesungguhnya Allah adalah hak, tiada sekutu bagiNya dalam kekuasaan -Nya, dan tiada yang bisa membantah firman-Nya. Allah telah berfirman:"Dan sungguh telah kami tulis di dalam Zabur setelah tertulis di dalam Adz-Dzikr (Lauh Mahfudz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh." Sesungguhnya ini adalah warisan yang dijanjikan oleh Tuhan kalian ia telah menghalalkannya sejak tiga tahun yang lalu."
Pertempuran Qadisiyah berlangsung selama empat hari tiga malam dengan amat dahsyat. Pertempuran ini berakhir setelah kaum muslimin berhasil membunuh Rustum. Korban dari pihak musuh berjumlah lima puluh ribu orang sementara dari pasukan muslim sebanyak delapan ribu syuhada. Kemenangan besar itu segera disampaikan Sa'ad kepada Khalifah Umar bin Khattab. Kaum muslimin pun bersuka cita atas kemenangan ini.
Ketika sedang sakaratul maut, Sa'ad berwasiat agar ketika meninggal nanti ia dikafani dengan kain yang dipakainya saat bertempur di perang Badar. Ia wafat pada tahun 55 H di usia 80 tahun di rumahnya di pinggiran kota Madinah. Sa'ad merupakan sahabat muhajirin terakhir yang wafat dengan meninggalkan teladan kepahlawanan yang amat mengagumkan.
Komentar
Posting Komentar