Muslimah, setiap pasangan suami istri mendambakan keluarga yang
bahagia dan harmonis meskipun masalah dalam rumah tangga tak dipungkiri
keberadaannya. Namun adanya komunikasi yang baik antara suami istri
dapat memperkecil bahkan meniadakan dampak dari masalah tersebut. Baik
pencetus masalahnya dari suami, istri maupun dari luar, Insya Allah masalah akan dapat teratasi dengan adanya keterbukaan satu sama lain.
Komunikasi sangatlah penting antara pasangan suami istri, bukan
bermaksud menjelek-jelekkan pasangan atau menampakkan kekurangan
pasangan, namun keterbukaan tersebut bermaksud untuk mencari sebuah
solusi. Jika ada yang berpendapat diam lebih baik karena ketakutakan
menyakiti atau membuat malu pasangan apabila dia bersikap terbuka maka
ada baiknya dia melihat pertimbangan lain. Jika memang masalah tersebut
bisa teratasi dengan diam, maka tak masalah untuk tidak dikomunikasikan.
Namun jika dengan komunikasi akan lebih memberi dampak positif, maka
berkomunikasilah karena bersikap terbuka bisa dilakukan dengan cara yang
halus tanpa kesan menjelekan atau menyakiti. Cobalah untuk mulai
berbicara dengan kata-kata yang lembut. Bisa langsung dengan lisan
maupun tulisan. Jika pasangan kita memang ada kesalahan atau kekurangan
maka hal itu bisa mengingatkannya dan bahkan bisa membuatnya berubah
menjadi lebih baik, Insya Allah. Dan yang terpenting adalah memahami
karakter pasangan kita, sehingga kita tidak salah langkah.
Berikut ini adalah sebuah diary seorang suami yang ditujukan
kepada istri tercintanya. Tulisan yang dibuat karena rasa cintanya yang
dalam yang diwujudkan dalam bentuk perhatian berupa teguran halus
terhadap sang istri. Tujuannya adalah ia menginginkan istrinya lebih
baik agar tidak merugi di dunia maupun di akhirat, dan adalah hak
seorang suami untuk menasehati istrinya.
Tanda cinta tak selalu harus dibuktikan dengan hadiah berupa sekotak
coklat, perhiasan, setangkai bunga, dsb. Namun tanda cinta dapat
berbentuk perhatian dan nasehat yang ma’ruf.
Semoga dari diary ini bisa direnungi dan diambil hikmahnya,
terutama bagi kaum Muslimah agar dapat menjadi istri yang diridhai oleh
suami dan ridha suami mendatangkan ridha Allah.
***
DIARY SEORANG SUAMI YANG BERISI TEGURAN HALUS KEPADA ISTRINYA
Istriku tercinta, aku menulis catatan ini sebagai bukti cintaku
kepadamu dan keridhaanku menerimamu sebagai istri, aku telah menambatkan
cintaku untukmu. Dalam hatiku berkata, inilah wanita yang bisa menjadi
ibu anak-anakku dan cocok menjadi istriku. Inilahmawaddah dan sakinah,
inilah raihanah rumahku. Aku bimbing tanganmu bersama-sama mengarungi
samudera dengan bahtera rumahtangga, menuju ke pantai yang penuh
kedamaian di sisi Ar Rabb Ar Rahman.
Akan tetapi tiba-tiba datang topan badai menghalangi jalan kita,
angin bertiup kencang. Kalau kita berdua tidak segera sadar niscaya kita
akan kehilangan kendali bahtera dan kita akan tersesat arah. Aku
berkata dalam hati: tidak! Aku tidak akan membiarkan bahtera ini karam.
Maka aku pegang penaku dan aku buka lembaran kertasku. Lalu aku tulis
teguran halus ini dari seorang kekasih kepada kekasihnya.
- Istriku tercinta tidakkah engkau ingat pada awal pernikahan kita dahulu engkau adalah lambang kecantikan, kemudian aku tidak mengerti mengapa penampilanmu sampai pada taraf demikian parah, awut-awutan dan tak enak dilihat. Apakah engkau lupa bahwa termasuk salah satu sifat wanita shalihah apabila suaminya memandang kepadanya niscaya akan membuat senang.
- Sayangku, tidakkah engkau ingat, berulang kali engkau
mengungkit-ungkit jasamu kepadaku, menyebut-nyebut kewajiban-kewajiban
rumahtangga yang telah engkau lakukan untukku, pelayanan yang telah
engkau berikan kepada tamu-tamuku dan dalam melayani kebutuhanku, apakah
engkau lupa firman Allah subhanahu wa ta’alla
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (Qs Al Baqarah: 264)
- Tidakkah engkau ingat wahai kekasihku, berapa kali kita telah saling berjanji pada saat-saat pernikahan bahwa kita akan saling bahu membahu dalam ketaatan, mengemban dakwah kepada agama Allah, berikrar bahwa kita akan fokus kepada masalah ummat islam dan mendidik anak-anak kita dengan pendidikan islami, tetapi relitanya kita sibuk mengikuti perkembangan mode, hanyut mengikuti cerita-cerita, kisah-kisah, pernak-pernik dan mengejar harta darimanapun sumbernya.
- Sayangku, tidakkah engkau ingat seringnya engkau menggerutu, tidak qana’ah (puas) menerima rejeki yang telah Allah berikan kepada kita. Haruskah aku menjalani usaha yang haram demi mewujudkan keinginanmu? Apakah engkau sudah lupa kisah wanita yang berkata kepada suaminya: “Bertaqwalah engkau kepada Allah dalam memperlakukan kami, sungguh kami bisa menahan lapar namun kami tidak akan sabar menanggung panasnya api neraka.”
- Ingatkah dirimu betapa sering aku bangun dari tidurku dibagian akhir malam, ternyata aku dapati engkau sedang asyik menonton film dan musik. Bukankah lebih baik engkau berdzikir mengingat Allah dan mengerjakan shalat malam dua rakaat sementara manusia sedang lelap tertidur dikegelapan kubur. Atau minimal engkau segera berangkat tidur agar esok tidak terluput shalat fajar.
- Sayangku, ingatkah dirimu ketika engkau keluar dari rumah tanpa seizinku untuk mengunjungi keluargamu dan ketika engkau memasukkan temanmu si fulanah ke dalam rumahku padahal aku telah melarangmu memasukkannya ke dalam rumah! Lupakah dirimu bahwa itu merupakan hakku!
- Kekasihku, ingatkah dirimu ketika keluargaku datang mengunjungiku, demikian pula teman-temanku, namun aku lihat engkau menampilkan wajah muram, berat langkah kakimu dan bermuka masam!Memang engkau telah menghidangkan kepada mereka makanan yang lezat dan mengundang selera akan tetapi semua itu tiada artinya karena muka masammu itu! Bukankah engkau mengetahui sebuah pepatah: ‘ Temuilah aku tetapi jangan beri aku makan!’
Sayangku, aku senantiasa mengatakan kepadamu dengan sepenuh hatiku bahwa aku mencintaimu.
Aku berharap kita bersama-sama dapat meraih ridha Ar-rahman.
Barangkali aku juga banyak melakukan kesalahan dan mengabaikan
hakmu. Dan barangkali aku tidak menyadari kekuranganku dalam
melaksanakan kewajiban terhadapmu dan dalam menjaga perasaanmu.
Aku memohon kepadamu agar membalas risalah ini, silakan ungkapkan
apa yang terbetik dalam benakmu. Bukankah tujuan kita berdua adalah
satu. Kita telah menumpang bahtera yang satu dan tujuan kita juga satu.
Tujuan kita adalah selalu bersama-sama di dunia dan di akhirat di jannah
‘And. Jangan engkau biarkan angin badai menghantam kita sehingga
membuat kita tersesat jalan.
***
Diary diatas hendaknya dapat menjadi renungan bagi para
Muslimah yang sudah bersuami agar lebih memperhatikan hak-hak suaminya,
yang terkadang terabaikan namun tidak disadari oleh sebagian para
wanita. Bersyukurlah jika suami tak banyak menuntut namun hendaknya sang
istri pengertian bukan malah tak peduli atau mengabaikan hak-hak suami.
Persembahkanlah sikap dan penampilan terbaik dihadapan suami dalam
rangka mencari ridha Allah.
Wallahu a’lam
Diary seorang suami diambil dari buku Agar Suami Cemburu Padamu hal 44, Penerbit At-Tibyan
(zafaran/muslimahzone.com)
Komentar
Posting Komentar