Oleh Fahrurozi Naim, S.Pd.I
Jika
mengamati kisah-kisah dalam ayat-ayat Al-Quran, pertarungan antara kebenaran
dan kebatilan sudah menjadi sunnatullah[1]
dalam kehidupan ini. Kehidupan ini tidak hanya didominasi oleh kebenaran
saja bebas dari kejelekan. Begitu juga sebaliknya, tidak hanya didominasi oleh
kejelekan bebas dari kebenaran. Keadaan
seperti ini sudah berlangsung sejak awal penciptaan manusia, Adam dan Hawwa. Kala
itulah Allah melaknat Iblis karena kesalahannya dan Iblis bersumpah akan
meneruskan permusuhan ini sepanjang zaman sampai hari akhir.[2]
Sebagai mana tercantum dalam Alquran:
قَالَ
رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ
أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (Al-Hijr: 39-40)
Demikian pula keberadaan antara tauhid dan syirik,
pertarungan antara keduanya muncul sejak awal diutusnya Nabi Nuh As. Kaum Nabi Nuh As. mereka menyembah patung-patung yang mereka anggap orang-orang shalih yang hidup beberapa
generasi sebelum mereka.
وَقَالُوا
لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ
وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
“Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr". (Nuh:23)
Ibnu
Jarir Ath-Thobari mejelaskan ayat ini, bahwa Wadd, Suwa’, Yaguts, Yauq
dan Nasr mereka sekelompok golongan dari keturunan Nabi Adam As. Mereka -sebagaimana
disebutkan- menjadi ilah-illah yang disembah oleh suatu kaum. Ibnu Jarir
melanjutkan, mereka dulunya merupakan orang-orang shalih dari keturunan Nabi
Adam. Mereka punya banyak pengikut yang senantiasa mengikutinya. Ketika
orang-orang shalih ini mati, para pengikut itu berkata: “jika kita buat patung
menyerupai mereka niscaya akan membuat kita semangat lagi untuk beribadah jika
ingat mereka”. Maka dibuatlah patung menyerupai mereka. Ketika pengikut tadi
mati datanglah orang-orang setelah mereka, dan mereka dihasut oleh iblis. Iblis
berkata: “Para pendahulu kalian menyembahnya dan minta hujan kepadanya”, lalu
mereka menyembahnya.[3]
Syirik
dalam ibadah seperti yang terjadi pada kaum Nuh As. berulang kembali. Nabi Ibrahim As Allah
utus sebagai seorang Rasul disebabkan kaumnya menyembah berhala yang mereka
anggap sebagai tuhan. Allah menggambarkan kisahnya dalam surat Al-Mumtahanah
ayat empat. “Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dari terhadap apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan
telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada
bapaknya, "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi
kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah."
(Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal
dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami
kembali."
Nabi Ibrahim dalam mendakwahkan tauhid berujung pada
penyiksaan yang amatlah berat. Sehingga Beliau diditahan, disiksa dan
dilemparkan kedalam api oleh penguasa zaman itu yaitu raja Namrud. Allah Ta’ala mengabadikan kisah Nabi Ibrahim dalam surat
Al-Anbiya dari ayat lima puluh satu hingga tujuh puluh
tiga. Demikianlah seluruh Rasul yang Allah utus kemuka bumi ini, semuanya
menyerukan untuk bertauhid dan menjauhi syirik. Misi utama yang dakwah para rasul
kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang
dituhankan selain Dia. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي
كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu'" (An-Nahl: 36)
Dan setiap rasul selalu
mengucapkan pada awal dakwahnya, "Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainNya."[4] Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu'aib dan
seluruh rasul.[5]
Hal-hal yang terjadi pada Nabi-Nabi
terdahulu tidak luput dari kehidupan Rasulullah Muhammad Saw. Penduduk Makkah ketika itu mereka menyembah berhala-berhala yang
diletakkan di beberapa tempat seperti Manat di laut merah, Latta
di Thaif dan Uzza di Wadi Nakhlah. Semuanya berawal dari
perbuatan Amru bin Luhai yang mendatangkan berhala dari Syam. Sehingga seluruh
jazirah arab menyembah berhala, bahkan Ka’bah sudah dipenuhi dengan berhala
yang jumlahnya tidak kurang dari 360. Selain menyembah berhala, mereka juga
melakukan taqarrub atas nama berhala dengan menyembelih
qurban, mengundi dan menentukan nasib.[6]
Inilah yang terjadi pada penduduk makkah sehingga Allah memilih Muhammad
sebagai Nabi dan Rasul kepada mereka membawa risalah tauhid.
Permulaan dakwah Rasulullah Saw. mendapat
tekanan dari pembesar pembesar Makkah. Semua orang yang mengikuti beliau mendapatkan
intimidasi bahkan disiksa sebagaimana Bilal bin Rabbah dan keluarga Ammar bin
Yasir. Intimidasi dilanjutkan dengan pembaikotan yang berlangsung selama tiga
tahun. Karena tekanan yang begitu kuat, bahkan
sampai pada tindakan makar pembunuhan. Maka Rasulullah hijrah meninggalkan Makkah
menuju Madinah. Penduduk Madinah lebih menerima dakwah tauhid, bahkan ketika
Rasulullah hijrah semua penduduk madinah sudah memeluk Islam melalui tangan
Musab bin Umair.[7]
Para
ulama pewaris para Nabi yang mendakwahkan tauhid pasti mendapatkan tantangan
yang keras. Pertarungan
antara tauhid dan syirik tidak akan pernah berhenti selama dimuka bumi ini
masih ada orang orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Sedangkan orang orang beriman akan senantiasa ada sepanjang zaman sehingga
Allah mematikan mereka semua pada awal hari kiamat nanti. Meskipun para pembela
kesyirikan jumlah mereka lebih banyak dari pembela kebenaran. Akan tetapi
kemenangan akan berpihak kepada pembela kebenaran karena mereka berada pada
jalan yang benar serta diridhai oleh Allah ta’ala.
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ
إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah
lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (Al Isra’:81)
[1] Sunnatulloh yaitu hukum Allah yg
disampaikan kpd umat manusia melalui para rasul atau undang-undang keagamaan yg ditetapkan oleh Allah yg termaktub di
dl Alquran atau hukum
(kejadian dsb) alam yg berjalan secara tetap dan otomatis. (KBBI)
Komentar
Posting Komentar